Inspiration

Kisah Inspiratif Di Balik Kesuksesan WhatsApp

Kisah Inspiratif Di Balik Kesuksesan WhatsApp

Kisah inspiratif di balik kesuksesan WhatsApp – Whatsapp adalah salah satu aplikasi paling dicari dan populer dimasa kini. Namun dibalik sesuksesan aplikasi whatsappa ada sosok tersembunyi yang banyak diulas perkat kecerdasannya mengambil peluang. Sosok pendiri aplikasi tersebut bernama Jan Koum. Pemuda inspiratif yang memiliki keinginan kuat, inovasi dan kerja keras. Segenap energi ia kerahkan demi melewati banyaknya perjalanan hidup yang begitu sulit.

Sponsor : perawatan wajah

Meskipun kini aplikasi ini menjadi salah satu yang terpopuler, berkatnya pula nama Jan Koum. turut terkenal dan menjadi salah satu pengusaha sukses masa kini. Whatsapp sendiri merupakan salah satu aplikasi pesan atau messenger yang banyak digunakan hampir seluruh pengguna di dunia. Aplikasi yang banyak diinstall di perangkat Android, Windows Phone, iOS serta Blackberry.

Jauh Sebelum Whatsapp Berdiri

Kisah hidup baru Jan Koum berawal saat ia dan ibunya migrasi ke negara Amerika serikat. Sebelumnya, Koum kecil tinggal bersama kedua orang tuannya di desa kecil bernama Kiev yang berada di negara Ukraina. Sayangnya saat itu sang ayah tak ikut bermigrasi dan memilih untuk tetap tinggal di kampung halamannya. Keduannya pindah dari negara asalnya ke AS demi harapan mendapatkan hidup yang lebih baik.

Setelah berada di Amerika Serikat, Jan Koum dan ibunya tinggal di sebuah apartemen kecil bantuan pemerintah Amerika. Selain mengandalkan bantuan pemerintah untuk menyambung hidup. Mereka pun turut bekerja dimana Jan Koum bekerja sebagai tukang sapu sementara ibunya sebagai baby sitter. Keduannya melakukan pekerjaat tersebut demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Masa Perjuangan Sekolah Jan Koum

Berpindah dan menetap di Amerika Serikat, Jan Koum pun bersekolah disana. Meskipun dianggap sebagai murid paling miskin di antara teman-teman sekelasnya, Koum kecil tak berkecil hati. Bahkan dirinya menjadi satu-satunya murid yang tidak memiliki mobil sehingga harus berangkat ke sekolah dengan menggunakan bisa sekolah. Setiap hari ia lakukan dengan menunggu bus pagi-pagi sekali agar tidak ketinggalan. Kendala lain Koum adalah dirinya masih kesulitan menggunakan bahasa Inggris.

Beskipun begitu, kegigihnnya tidak sampai disitu, dirinya terus belajar hingga ia lulus dari sekolah. Lulus dari sekolahnya, Koum melanjutkan pendidikan di San Jose University dan mengambil jurusan komputer dan matematika. Memasukki pertengahan kuliah, prestasi Koum semakin memburuk sehingga ia pun gagal melanjutkan kuliah dan harus Drop Out dari kampus.

Semenjak itu dirinya mulai mempelajari pelajaran komputer secara otodidak. Tak hanya itu, ia pun melanjutkan hobinya yaitu bermain pemograman. Selepas keluar dari kampu Koum akhirnya pekerja sebagao tukang pembungkus barang belanjaan di supermarket. Koum juga pernah merasakan pekerja sebagai karyawan toko elektronik, internet provider, dan bekerja di perusahaan audit. Selanjutnya pada tahun 1997, Jan Koum bertemu dengan Brian Acton yang berasal dari perusahaan Yahoo. Bekerjasama selama enam bulan, membuat Koum akhirnya mulai bekerja di Yahoo bersama Brian Acton.

Masa Mendirikan WhatsApp

Setelah dirinya bekerja bersama Brian Acton di perusahaan Yahoo, Koum mulai menghabiskan waktu selama 9 tahun. Dirinya juga menjajal pekerjaan di Yahoo Shopping. Namun setelah lama bekerja di Yahoo Shopping, Koum mulai merasakan kebosanan dan ketidak nyamanan karena banyaknya iklan yang harus diurus. Akhirnya pada 31 Oktober 2007, Koum memutuskan untuk keluar dari Yahoo. Saat usianya menginjak 31 tahun, Koum mencoba mengumpulkan uang untuk bisa membuat bisnisnya sendiri. Bisnis yang ia buat didesain suapaya tidak akan iklan yang mengganggunya. Sehingga pada kesematan lain Koum dan temannya Acton memutuskan untuk berpisah akibat perbedaan prinsip. Meski sempat berpisah, komunikasi keduannya masih berjalan dengan baik.

Memasuki tahun 2009, Jan Koum akhirnya membeli sebuah iPhone pertamanya dan mencoba mengamati aplikasi AppStore yang dirasa masih memiliki banyak kekurangan. Berkat hal yang ia temui tersebut, menjadikan ia berfikir untuk mengambil peluang bisnis. Dirinya akhirnya mendapatkan ide untuk mendirikan sebuah aplikasi messaging. Aplikasi tersebut bisa meng update status sehingga bisa memberikan kabar pada orang lain. Akhirnya, munculnya sebuah nama aplikasi yaitu WhatsApp.

Karir WhatsApp yang Semakin Menjulang

Aplikasi WhatsApp pada dasarnya sama dengan aplikasi mesan pada BlackBerry messenger. Sayangnya saat itu aplikasi BlackBerry messenger hanya bisa dinikmati oleh pengguna ponsel BlackBerry saja. Melihat kondisi tersebut, aplikasi pada WhatsApp justru bisa digunakan dan terpasang di hampir semua jenis smartphone termasuk Android, OS iphone hingga Windows Phone. Di dalam WhatsApp juga bisa menyimpan contact data dari nomor telpon yan selumnya telah disimpan oleh pengguna. Tak hanya itu, aplikasi WhatsApp juga menawarkan layanan messenger yang mudah digunakan layaknya pesan singkat tanpa pulsa dan hanya menggunakan jaringan internet.

Dan semakin hari, WhatsApp mengalami pertumbuhan yang cepat. Berkat pertumbuhan tersebut membuat vendor lain Facebook tertarik untuk mengakuisisi perusahaan besutan Jan Koum itu. Tak menunggu waktu lama, Whatsapp akhirnya resmi diinang Facebook senilai USD 19 miliar. Koum juga mendapat saham sebanyak 45% dan menjadi orang terkaya dengan pendapatan sekitar USD 6,8 miliar.

Itulah sebuah kisah tetang kesuksesan WhatsApp dan sang pendirinya. Uniknya lagi, Koum dahulu juga pernah ditolak saat melamar kerja di perusahaan Facebook. Meski kini dirinya sukses, Koum tidak pernah lupa akan masa lalunya yang sulit. Meski dahulu pernah menganti untuk mendapat makanan, serta bekerja apa adanya, namun kini Jan Koum berhasil meraih apa yang ia inginkan dengan kesuksesa yang ia buktikan.

0
0%
like
0
0%
love
0
0%
haha
0
0%
wow
0
0%
sad
0
0%
angry

Comments

comments

To Top
$(window).load(function() { // The slider being synced must be initialized first $('.post-gallery-bot').flexslider({ animation: "slide", controlNav: false, animationLoop: true, slideshow: false, itemWidth: 80, itemMargin: 10, asNavFor: '.post-gallery-top' }); $('.post-gallery-top').flexslider({ animation: "fade", controlNav: false, animationLoop: true, slideshow: false, prevText: "<", nextText: ">", sync: ".post-gallery-bot" }); }); });